Apalah arti sebuah nama.
Sejalan dengan berjalannya roda waktu , demikian pula dengan pola pikir orang dalam memandang gengsi sebuah nama.
Nama nama seperti Ngatiyem, Dalimin, Suparno, Tukiyem, Katimin, Wagiman, Suripto,
Suyatni, Sitinah, Masduki, Tukijo, Ratnasih, Harjo, Slamet, Paijo,
Paimin, Tukijan, Mas'ud, dan lain-lain , begitu dibanggakan oleh orang tua era 50 tahun lalu waktu memberi nama anaknya . Sungguh hal yang yang lumrah dan wajar kalau orang tua waktu itu menimang nimang anaknya sambil mengucap namanya , .... yem tukiyem , ...jo paijo.. ci luk ba !!!
Nama-nama jawa tradisional ini terancam punah akibat penurunan gengsi.
Bagi
sebagian orang memiliki nama lokal kedaerahan seperti di atas ada
sesuatu yang memalukan pada zaman sekarang ini. Era globalisasi yang
serba canggih ini menggeser trend penamaan anak pada nama-nama yang
dianggap lebih modern dan berbau luar negeri.
Seiring perkembangan kemajuan dunia tehnologi informasi , memudahkan orang mengakses info dari luar negeri , sehingga hal berbau luar adalah modern dan bergengsi , padahal itu karena kebanyakan orang orang berpikiran mutlak subyektif sekali .
Nama-nama seperti
rahul, fran, jessi, reynaldi, mike, michael, jason, ruben, angelina,
vijay, james, ricky, billy, greg, john, stefani, julia, ronaldo,
peruzzi, mancini bagi sebagian orang adalah nama-nama yang keren dan oke
punya.
Orang yang memiliki nama Elizabeth mungkin akan dianggap lebih
cantik daripada Siti Suparwati walaupun kenyataannya belum tentu
demikian.
Padahal di negeri asalnya nama itu bisa jadi sangat tradisional banget , ambil contoh kalau ada orang misal dari daratan eropa berkunjung ke Indonesia yang ditemui adalah nama nama yang tidak asing bagi telinga mereka tentu bisa jadi sangat membosankan , jauh jauh datang ke Indonesia akan bertemu nama nama yang sangat familier bagi mereka dan sangat tidak menggambarkan identitas asli yang mereka cari yang bisa jadi tidak menninggalkan kesan yang membekas bagi mereka , coba dia akan mendapat kenalan baru orang Indonesia dan di ceritakan di negaranya sana , pengalamanya berteman dengan orang Indonesia namanya , jhoni , elisabeth ,billy ..., apa kata mereka ?
Banyak orang pun kini kian mengejek nama-nama
tradisional dengan sebutan katro, ndeso, kuno, miskin, dan lain-lain.
Sepertinya orang yang dinamai nama jawa tradisional akan jadi orang
susah, miskin, berwajah jelek, dan sebagainya.
Seharusnya kita
bangga pada budaya nasional kita termasuk pada nama. Nama tidak
mencerminkan kualitas seseorang karena seseorang yang namanya Sumanto
bisa saja menjadi seorang profesor dan seorang yang bernama Frans bisa
saja berprofesi sebagai buruh angkut karung beras di pasar tradisional.
Bagi yang memiliki nama yang bagi bayak orang nama kita jelek dan katro
maka bangkitlah dan tunjukan pada mereka bahwa nama yang dianggap jelek
orangnya bisa lebih keren, maju dan profesional daripada yang punya nama
yang dianggap trendy.
Jadi banggalah mempunyai nama asli Indonesia , mulai sekarang siapkan nama untuk calon anak anak Indonesia yang akan lahir nanti dengan nama asli lokal saja , setuju.. ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar