Kita sering mendengar istilah Islam Syiah, tetapi kadang lupa istilah Islam Sunni. Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jamaah
adalah pemeluk Islam mayoritas di dunia. Jumlahnya mencapai 90%
sedangkan Syiah hanya 10% dan terfokus di Republik Islam Iran. Sesuai
namanya, Sunni berarti “orang-orang yang senantiasa menegakkan Islam
sesuai dengan Al-Quran dan hadits,
sesuai dengan pemahaman sahabat nabi, tabi’in (sahabat dari sahabat
nabi), dan tabi’ut tabi’in (sahabat dari sahabat dari sahabat nabi).
Diskusi
tentang Syiah dan Sunni sampai hari ini menjadi diskusi tak
berkesudahan, terkait dengan persoalan keyakinan, fikih, bahkan politik. Sering kali perdebatan dan saling tuduh terjadi lantaran sudut pandang yang bias.
Agar kita mendapatkan sudut pandang yang jernih tentang hal ini, tentu kita mesti menengok terlebih dahulu sejarah Syiah dan Sunni, terutama pada era kekhalifahan, di mana kedua sekte (aliran) itu lahir, bergesekan dan berdampingan.
Berawal dari Pertikaian
Dikotomi Syiah dan Sunni tidak pernah ada sebelum peristiwa tahkim
(arbitrase) pada abad ke-1 H, yaitu perundingan damai antara Ali bin
Abi Thalib, yang saat itu menjabat sebagai khalifah ketiga, dengan
Muawiyah bin Abi Sufyan yang mengklaim sebagai khalifah. Kedua sahabat
tersebut bertikai, bahkan berperang, dan menemui titik temu pada
peristiwa tahkim itu.
Sebagian
pengikut Ali tidak sepakat dengan arbitrase ini. Mereka lalu keluar
dari barisan pendukung dan membuat kelompok tersendiri yang kemudian
dikenal dengan nama Khawarij, yang malah balik menentang Ali. Sedangkan
sebagian lagi bersikap sebaliknya: mendukung penuh Ali. Kelompok ini
lantas dinamai Syiah,
yang artinya “para pengikut.” Adapun umat Islam yang lain, yang tidak
masuk dalam kelompok pendukung maupun penentang, disebut kelompok Sunni.
Khawarij punah seiring zaman, sementara dua sekte yang lain tetap
hidup.
Pada
perkembangan selanjutnya, kedua sekte ini mengembangkan
perbedaan-perbedaan mereka kepada ranah teologi (keyakinan), fikih, dan
sikap politik. Kaum Sunni sepakat bahwa para Khalifah Yang Empat
(khulafaur-rasyidin) adalah sah, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khathab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Sementara, beberapa kelompok
Syiah hanya mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Menurut
mereka, penerus sah kepemimpinan Muhammad Saw adalah Ali, lalu
diteruskan kepada para imam yang suci dari kalangan Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad Saw).
Dalam sejarah
politik Islam, Syiah menjadi oposan (penentang) utama kekhalifahan
Dinasti Umayah (abad ke-1 -2 H) yang Sunni, karena dianggap memusuhi ahlul bayt
yang dalam Syiah disucikan dan diagungkan. Ketika Dinasti Umayah
runtuh, Syiah sempat mendapatkan kekuasaan ketika turut serta mendirikan
kekhalifahan Dinasti Abassiyah pada pertengahan abad ke-2 H. Namun,
beberapa lama kemudian, Syiah menjauh lagi dari kekuasaan.
Pada
masa kekacauan pemerintahan Abassiyah, salah satu sekte Syiah, yaitu
Ismailiyah (yang paling banyak dipermasalahkan oleh Sunni akibat
keyakinannnya yang menyimpang) menguasai Mesir
dan mendirikan kekhalifahan Dinasti Fathimiyah di sana pada 910 M.
Dinasti ini sempat mendirikan sebuah universitas yang terkenal hingga
kini, yaitu Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Setelah beberapa
kurun, Fathimiyah runtuh dan Al-Azhar diambil alih oleh Sunni.
Aliran dan Mazhab dalam Syiah
Terkait keyakinan Syiah tentang para “Imam yang suci”, ada beberapa aliran
dalam hal ini. Ada yang menetapkan jumlah 12 untuk imam, yaitu aliran
Syiah "itsna ‘asyari" (syiah 12 imam), dan ini aliran yang paling
populer. Ada juga yang menetapkan lima imam dan tujuh imam. Namun tidak
semua aliran menentang keabsahan kekhalifahan Abu Bakar dan Umar seperti
yang dituduhkan. Aliran Zaidiyah misalnya, tetap mengakui kekhalifahan
sebelum Ali.
Dalam
bidang fikih (hukum), Syiah dan Sunni memiliki banyak perberbedaan
karena metode ushul fikih (kaidah penggalian hukum) yang berbeda,
terutama karena Syiah menjadikan pendapat imam sebagai sumber hukum
Islam. Sedangkan, Sunni hanya membatasi sumber hukum Islam pada Al-Quran,
Hadits, Ijma (kesepakatan), dan qiyas (analogi). Namun, ada satu mazhab
fikih Syiah yang diakui oleh golongan Sunni, yaitu mazhab Ja’fari,
hingga dikatakan sebagai “mazhab kelima” setelah Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali. Keempat mazhab ini beraliran Sunni.
Sunni-Syiah Hari Ini
Akibat
perbedaan mendasar dalam banyak hal, kedua sekte ini tetap hidup
masing-masing hingga kini. Pengikut Sunni meliputi mayoritas umat Islam
di seluruh dunia
Islam. Sedangkan, penganut Syiah terkonsentrasi di Irak dan Iran.
Bahkan di Iran, Syiah mendirikan negara sendiri berdasarkan teologi dan
fikih Syiah sejak Revolusi Iran tahun 1979.
Hingga saat ini, kedua sekte mengembangkan pemikiran keagamaannya masing-masing, meski ada beberapa upaya untuk mendekatkan pemikiran Sunni dan Syiah.
Mengapa Sunni muncul?
Sejarah Sunni dimulai ketika ricuhnya perpolitikan yang mengatasnamakan Islam. Nabi Muhammad
wafat sebelum menunjuk pengganti. Oleh karena itu, terjadi konflik
tentang siapa yang paling pantas menggantikan beliau sebagai khalifah.
Setelah ketegangan dan tarik-ulur selama dua hari sehingga menunda
pemakaman jasad Nabi Muhammad, ditunjuklah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai
khalifah. Penunjukan ini tidak memuaskan beberapa kalangan. Bahkan,
kalangan yang mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib lebih sah menjadi
khalifah kemudian memisahkan diri dan membentuk Syiah.
Sementara
itu, golongan yang lebih umum, kemudian disebut Sunni. Golongan ini
hingga saat ini terbagi dalam empat mahzab berbeda. Yang perlu dicatat,
empat mahzab tersebut tidak menandakan perpecahan. Perbedaan empat
mahzab hanya terletak pada masalah-masalah yang bersifat “abu-abu”,
tidak diterangkan secara jelas oleh Al-Quran atau hadits seiring dengan kemajuan zaman dan kompleksitas hidup muslim.
Empat
Imam utama Sunni yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Malik, dan
Imam Ahmad bin Hambal. Mereka sama-sama mengambil ijtihad (upaya) dalam
menyelesaikan masalah yang bersifat “abu-abu” tersebut.
Adapun empa mahzab Sunni adalah sebagai berikut.
1. Mahzab Hanafi
Mahzab
ini didirikan oleh Imam Abu Hanifah. Mahzab ini diikuti oleh 45% muslim
dunia; jumlah yang paling besar di dunia. Penganut mahzab Hanafi
kebanyakan terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah. India, Libanon, dan Pakistan termasuk negara-negara yang berkiblat pada Imam Abu Hanifah.
2. Mahzab Syafi’i
Mahzab
ini didirikan oleh Imam Syafi’i. Jumlah pengikutnya mencapai 28% muslim
dunia. Umat Islam negara kita, Indonesia, dan beberapa negara Asia
Tenggara lainnya (Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura) berbasis pada
mahzab ini.
3. Mahzab Maliki
Mahzab ini didirikan oleh Imam Malik. Penganutnya tersebar luas di daerah Afrika Barat dan Utara. Jumlah pengikutnya mencapai 20% muslim.
4. Mahzab Hambali
Mahzab ini digagas oleh murid Imam Ahmad bin Hambal. Meskipun hanya dianut oleh 5% muslim
dunia, mahzab inilah yang dipegang oleh negara Arab Saudi. Yang
menarik, Arab Saudi yang didirikan oleh Klan Saud termasuk dalam negara
yang juga berpegang teguh pada sikap eksklusif Wahhabiyah, yang kadang
dikaitkan dengan “terorisme Islam”.
trimaksih gan,,,,moga brkah sllu
BalasHapusKATANYA, MENGIKUTI JEJAK MUHAMMAD SAW TAPI TAK NGAKU SEBAGAI ‘MUSLIM’?
BalasHapusNGOTOT NGAKU SUNNI, YANG SATUNYA NGOTOT NGAKU SYIAH TAK MAU SEBAGAI MUSLIM?
NABI MUHAMMAD SAW TAK KENAL ISTILAH SUNNI DAN TAK KENAL ISTILAH SYIAH
ALHAMDULILLAH, SAYA MUSLIM!!!
JANGAN TUNGGU ISA AL MASIH MAUPUN IMAM MAHDI DI AKHIR ZAMAN!!! MEREKA TAK AKAN DATANG!
Alhamdulillah, saya tetap sebagai MUSLIM saja, tidak Sunni dan tdk pula Syiah, karena kalau yakin dengan salah satunya berarti SAYA suka perpecahan anak Ali bin Abi Thalib pada hal ketiga TOKOH itu adalah MUSLIM bukan SUNNI dan bukan SYIAH.
Ulah pendukung Hasan bin Ali bin Abi Thalib ya seolah-olah mereka adalah orang-orang yang mengaku Sunni sementara ulah pendukung Husein bin Ali bin Abi Thalib ya seolah-olah mereka adalah orang-orang yang mengaku Syiah.
Ya kedua kelompok ini sama-sama menunggu dan 'meyakini' sang Imam Mahdi akan lahir dan atau muncul di akhir zaman nanti berduet dengan Isa Al Masih yang akan turun.
http://islaminesia.com/2015/12/mengikuti-jejak-muhammad-saw/
http://islaminesia.com/2016/01/ketum-muhammadiyah-islam-indonesia-dipancing-jadi-antagonis/
http://islaminesia.com/2016/01/said-aqil-sunni-syiah-harus-bersaing-sehat-bukan-fisik/